Karawang - Konsep pentahelix yang digaungkan Kepala Bidang SDA Dinas PUPR Kabupaten Karawang Aries Purwanto gegara isu ‘Memenuhi Lingkaran’ mencuat lalu konsep tersebut digadang-gadang sebagai wujud kolaborasi antara pemerintah, akademisi, bisnis, masyarakat, dan media, kini menuai sorotan tajam.
Pasalnya, tidak sedikit proyek di Dinas PUPR Karawang khususnya di Bidang SDA yang berkualitas rendah dan tidak berjalan sesuai kerangka acuan kerja.
Contoh proyek yang ‘mencolok mata’ saat ini adaah proyek pembangunan sabuk pantai atau penahan abrasi di Muara Pakisjaya, Kecamatan Pakisjaya, diduga mengalami keterlambatan signifikan. Padahal, masa pelaksanaan proyek tersebut telah dimulai sejak September 2025.
Asep Agustian, selaku pengamat kebijakan pemerintah, merasa geram dengan konsep pentahelix hanya bagus diatas kertas dan manis di bibir tetapi buruk dan pahit secara faktual di lapangan.
“Inilah (proyek sabuk pentahekix) produk pentahelix produk mimpi. Dia (Aries) yang membangga-banggakan pentahelix, proyek itu dia yang memilih, ini sama saja dengan berangan-angan bahwa di Karawang ada pentahelix tetapi nyatanya menempatkan perusahaan atau pelaksana yang tidak baik, yang kata dia pada akhirnya pelaksana itu mau ditarik, apa yang mau ditarik kalau sudah begini? Makanya kalau mau bericara jangan asal bunyi (asbun), ini Karawang bung,” kata Askun, sapaan akrabnya, bermakna sarkas, Rabu (5/11/2025) pagi.
Askun menyebutkan, latarbelakang Aries yang akademisi nyatanya kelimpungan menangani hal-hal teknis. Seorang akademisi itu adalah orang yang membuat produk apa, bagaimana kedepan, bergulat di seputar teoritis. Akademisi cenderung di bidang pendidikan dan penelitian.
Sementara orang teknisi perhitungannya harus matang. Mereka bekerja langsung di lapangan, mengoperasikan, memperbaiki, atau merancang sistem dan peralatan sesuai dengan standar teknis. Teknisi tidak selalu berpikir satu tambah satu itu dua (1+1=2), tetapi bisa saja enam diambil empat hasilnya dua (6-4=2).
“Anda itu akademisi, bukan teknisi, ini (proyek) sudah masuk ke teknis, hingga pada akhirnya dengan waktu tersisa dua bulan lagi, maka jika proyek itu bisa selesai sama saja dengan Sangkuriang, jangan bermimpi. Proyek itu sudah karut marut dari perencanaan sampai pelaksanaan pengadaan material yang lamban,” ujarnya yang juga Ketua DPC Peradi Karawang.
Askun pun kemudian menyindir Aries sebagai Kabid Pentahelix. Askun meminta agar Aries bisa mewujudkan mimpinya proyek sabuk pantai bisa selesai dalam waktu dua bulan.
"Aries ini sudah tidak layak dan tidak pantas lagi untuk duduk sebagai Kabid SDA. Maka saya minta kepada Bupati Karawang untuk lepaskan dia, mutasikan dia untuk tidak lagi di Bidang SDA,” pungkasnya.
Untuk diketahui, proyek sabuk pantai Pakisjaya dikerjakan dengan nilai kontrak sebesar Rp903.480.500 ini dilaksanakan oleh CV Mazel Arnawama Indonesia (MAI) dan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karawang Tahun Anggaran 2025.
Sebelumnya, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Karawang, Aries Purwanto, membenarkan adanya keterlambatan dalam pelaksanaan proyek tersebut.
“Kami sudah memanggil pelaksananya. Memang ada kelambanan karena kendala dari supplier material,” kata Aries.
Ia menambahkan, pihaknya telah memberikan Surat Peringatan (SP) 1 kepada kontraktor. Jika dalam waktu satu pekan ke depan progres fisik proyek masih di bawah 10 persen, maka kontrak dengan CV MAI akan segera diputus.
“Kita pantau dalam satu pekan ke depan. Kalau memang masih di minus 10 persen, kemungkinan besar akan kita putus kontraknya,” tegasnya. (Jay)
